Terapan Trilogi Vitruvius Dalam Arsitektur Nusantara
Studi kasus pada Arsitektur Wae Rebo dan Toraja
Abstract
Kekayaan budaya dan keberagaman kondisi alam menyebabkan muncul keberagaman arsitektur di Nusantara. Arsitektur Nusantara yang beranekaragam, tetap dipandang oleh sebagian golongan sebagai sebuah kekunoan, dan ketidaklayakan untuk dijadikan sebagai hunian. Ketidaklayakan itu tergambarkan dari penggunaan material alami yang mudah lapuk atau aus, konstruksi dengan sambungan tanpa paku sehingga menyebabkan konstruksi rumah menjadi miring. Tulisan ini merupakan kajian terhadap penerapan teori vitruvius dalam arsitektur nusantara sekaligus pembuktian kelayakan huni bangunan arsitektur nusantara. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan studi literatur terhadap arsitektur Waerebo dan Toraja sebagai pembandingnya dan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap fenomena tersebut. Aspek Firmitas, Utilitas dan Venustas mulai dari material alami, konstruksi sebagai kekokohan dan keindahan arsitektur menjadi objek kajian yang diteliti. Hasil kajian menunjukkan arsitektur Nusantara juga memiliki tingkat kekokohan yang stabil dengan teknik konstruksi material alaminya yang khas. Pemaknaan utilitas pada bangunan arsitektur nusantara juga tidak tergambar dalam makna kegunaan atau fungsi bangunan melainkan kepada identitas status sosial. Sedangkan penerapan venustas terlihat pada ornamen, seni ukir dan teknik ikat. Hasil dari penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan acuan teoretis tentang kekokohan, kegunaan, dan keindahan berbagai rumah adat di Nusantara yang dibangun dari material alami lokal sajaDownloads
References
Antar, Y. (2013). Pesan Dari Wae Rebo Kelahiran Kembali Arsitektur Nusantara Sebuah Pelajaran dari Masa Lalu untuk Masa Depan. Gramedia Pustaka Utama.
Burhany, N. R. (2010). Dialog Kritis Trilogi Vitruvius vs Dwilogi Mangunwijaya. MEKTEK, 12(1), 54–61.
Joepoet, Y. (2013). Menuju Desa Waerebo Demi Menjaga Mbaru Niang. Retrieved April 22, 2016, from http://www.ranselkosong.com/2013/02/desa-waerebo-menjaga-mbaru-niang.html
Juwono, I. (2015). Flores flow #8 : wae rebo, melestarikan arsitektur dengan tulus. Retrieved January 22, 2016, from https://tindaktandukarsitek.com/2015/02/27/flores-flow-8-wae-rebo-melestarikan-arsitektur-dengan-tulus/
O’Gorman, J. F. (1998). ABC of Architecture. University of Pennsylvania Press.
Septavy, N. (2014). Konsep Arsitektur Tradisional Toraja. Retrieved November 2, 2016, from https://nathaniaseptavy.wordpress.com/2014/01/03/konsep-arsitektur-tradisional-toraja/
Sopandi, S. (2013). Sejarah Arsitektur: Sebuah Pengantar. Gramedia Pustaka Utama.
Suasneger, A. (2016). Makna Bentuk dan Fungsi Rumah Adat Tongkonan Toraja. Retrieved November 2, 2016, from https://hindualukta.blogspot.com/2016/02/makna-bentuk-dan-fungsi-rumah-adat.html

Copyright (c) 2018 Josephine Roosandriantini

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work