Marine Journal https://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/marine en-US Marine Journal TINJAUAN SISTEMATIS DETERMINAN GIZI KURANG PADA BALITA DI DAERAH PESISIR https://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/marine/article/view/38 <p>Gizi kurang (undernutrition) merupakan permasalahan gizi yang masih sering terjadi pada Balita di Indonesia dan manca Negara. Indonesia adalah negara maritim, dimana sebagian besar wilayahnya adalah perariran sehingga penduduk yang bertempat tinggal di daerah pesisir tidak sedikit. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang balita di daerah pesisir. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor determinan gizi kurang pada balita di daerah pesisir. Metode Penelitian ini adalah systematic review, dengan melakukan analisis terhadap berbagai penelitian menganai. Terdapat 14 penelitian dari dalam maupun luar negeri. Hasil yang didapat faktor asupan protein paling banyak diteliti dengan hasil yang signifikan p=0,02 (p&lt;0,05). Faktor pendapatan rendah yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gizi kurang nilai &nbsp;p=0,000 (p&lt;0,05) dan RP=4,00. Kesimpulan : faktor yang mempengaruhi gizi kurang yang paling banyak diteliti adalah faktor asupan protein dan pendapatan rendah. Sosialisasi dan dukungan yang kuat dari keluarga atau orang terdekat dan tenaga kesehatan sangat diperlukan agar pemenuhan gizi seimbang pada balita dapat tercapai maksimal.</p> Esti Novi Andyarini Copyright (c) 2017 Marine Journal 2018-10-15 2018-10-15 3 1 1 9 PEMETAAN PEMANFAATAN LIMBAH KERANG DENGAN PENDEKATAN MASYARAKAT BERBASIS ASET (STUDI KASUS: DESA NAMBANGAN CUMPAT, SURABAYA) https://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/marine/article/view/42 <p>Hasil tangkapan kerang oleh nelayan kerang Desa Nambangan-Cumpat &nbsp;kota Surabaya terbilang sangat melimpah. Mayoritas Nelayan hanya memanfaatkan daging kerang untuk diperjualbelikan, sedangkan sebagian besar menjadi limbah cangkang kerang menumpuk di pesisir Desa tersebut. Limbah cangkang kerang menyebabkan bau dan ketidakbersihan akan tetapi limbah ini juga dapat dilihat sebagai potensi/aset lingkungan masyarakat yang dapat menjadi nilai jual. Oleh karena hal tersebut peneitian ini bertujuan untuk memetakan pemanfaatan limbah kerang dengan menggunakan pendekatan berbasis aset. Metode pendekatan masyarakat yang partisipatif melalui focus group discussion, <em>leaky bucket tools</em> dan teknik wawancara terstruktur dilakukan untuk memetakan potensi/aset fisik dan non fisik. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan melalui observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung serta mencatat dan mendokumentasikan gejala-gejala yang ditemukan di lapangan. Aset fisik desa diantaranya infrastruktur sudah sangat memadai. Terdapat taman kota dan sentra penjualan ikan yang dapat dimanfaatkan oleh warga. Dari hasil analisis juga didapatkan bahwa jumlah limbah kerang di pesisir desa Nambangan-Cumpat berjumlah 12.823 ton atau 2000-2500kg per hari. Limbah&nbsp; kulit&nbsp; kerang&nbsp; yang&nbsp; ada&nbsp; di&nbsp; pesisir&nbsp; Nambangan&nbsp; Cumpat terdiri&nbsp; dari&nbsp; empat&nbsp; jenis yaitu&nbsp; Kerang&nbsp; darah&nbsp; (Anadora granosa), Kerang&nbsp; hijau (Perna viridis), Kerang bulu (Anadara antiquata), dan Kerang kampak (Scallop). Selain itu asset non fisik desa dapat dilihat dari pendapatan rumah tangga. Dengan menggunakan metode leacky bucket didapatkan rata-rata penghasilan rumah tangga nelayan adalah Rp. 1.500.000-2.000.000. Sebanyak 62% warga desa masih hidup dibawah upah minimum regional Surabaya. Unsur kimia yang terkandung dalam cangkang kerang seperti silica, calcium, natrium, dll sangat baik untuk ditambahkan dalam komposisi batako dan pakan ternak. Potensi tersebut akan dimanfaatkan warga dalam menambah nilai ekonomi kerang.</p> Asri Sawiji Rizqi Abdi Perdanawati Copyright (c) 2017 Marine Journal 2018-10-15 2018-10-15 3 1 10 19 IDENTIFIKASI SEBARAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN TAKABONERATE, KAB. SELAYAR, SULAWESI SELATAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT https://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/marine/article/view/41 <p><em>Taman Nasional Taka Bonerate&nbsp;adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia,&nbsp;setelah Kwajifein di&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Marshall"><em>Kepulauan Marshall</em></a><em>&nbsp;dan Suvadiva di Kepulauan&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Maladewa"><em>Maladewa</em></a><em>. Memiliki letak geografis </em><a href="https://tools.wmflabs.org/geohack/geohack.php?language=id&amp;pagename=Taman_Nasional_Taka_Bonerate&amp;params=6_41_S_121_9_E_type:landmark_"><em>6°41′LU&nbsp;121°9′BT</em></a><em>,</em><em> Luas total dari atol ini 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km². Kawasan ini terletak di&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatan"><em>Kecamatan</em></a><em>&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Takabonerate,_Kepulauan_Selayar"><em>Takabonerate</em></a><em>,&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kepulauan_Selayar"><em>Kabupaten Kepulauan Selayar</em></a><em>,&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan"><em>Sulawesi Selatan</em></a><em>,&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><em>Indonesia</em></a><em>. Sejak Tahun&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/2005"><em>2005</em></a><em>&nbsp;Taman Nasional Taka Bonerate telah di calonkan ke&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/UNESCO"><em>UNESCO</em></a><em>&nbsp;untuk menjadi&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Warisan_Dunia"><em>Situs Warisan Dunia</em></a><em>. Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar di lokasi ini setiap tahunnya diadakan festival yang bertajuk&nbsp;</em><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sail_Taka_Bonerate"><em>Sail Taka Bonerate</em></a><em>&nbsp;atau sebelumnya disebut&nbsp;Takabonerate Island Expedition. </em><em>Taka Bonerate (menjadi Taman Laut Nasional awal periode 1980-an) merupakan kawasan terumbu karang atol yang unik dan menarik. Atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam membentuk pulau-pulau dengan jumlah banyak. Di antara pulau-pulau dan gosong karang (taka dalam istilah Bugis, Makassar, Bajo) terdapat selatselat sempit yang dalam dan terjal, sedang pada bagian rataan terumbu karang (disebut juga taka) banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi terumbu karang. </em><em>Kepulauan Takabonerate yang terletak di Kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan memiliki nilai sebaran terumbu karang yang cukup luas ditandai dengan warna biru tua pada citra yang mengartikan gugusan terumbu karang. Pulau- pulau yang berada di Kepulauan Takabonerate didominansi oleh sebaran semak belukar yang ditandai dengan warna Kuning pada citra hasil interpretasi, dengan sedikit sebaran hutan yang ditandai dengan warna Hijau pada citra yang sudah terinterpretasi secara terbimbing.</em></p> andik muttaqin Copyright (c) 2017 Marine Journal 2018-10-15 2018-10-15 3 1 20 26 METODE PENGUMPULAN TERIPANG RAMAH LINGKUNGAN (STUDI KASUS PENGGUNAAN GARIT DI SUKOLILO, SURABAYA) https://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/marine/article/view/39 <p>Teripang (<em>sea cucumber</em>) merupakan filum Echinodermata dan kelas Holothuroidea adalah salah satu hasil laut di wilayah Sukolilo, Surabaya. Masyarakat memanfaatkan hasil laut tersebut untuk berbagai makanan olahan diantaranya kripik/krupuk teripang yang diperjual-belikan di wilayah tersebut. Metode penangkapan teripang perlu diperhatikan untuk menjamin keberlangsungan dan kestabilan stok teripang di alam. Metode penangkapan teripang yang dilakukan masyarakat Sukolilo, Surabaya perlu dikaji untuk melihat keramahan lingkungan metode yang digunakan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengurai jenis, struktur, serta material alat tangkap yang digunakan lalu bagaimana teknis penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat. Metode penelitian menggunakan metode wawancara dan observasi lapang. Hasil wawancara dan observasi kemudian di analisa menggunakan analisa deskriptif. Alat tangkap yang digunakan masyarakat Sukolilo, Surabaya dalam menangkap teripang adalah menggunakan Garit. Garit merupakan alat tangkap teripang yang terbuat dari rangkaian besi dengan ujung yang runcing untuk menjebak teripang. Teknis penangkapan teripang adalah dengan menjatuhkan beberapa garit yang di ikat dengan tali yang dihubungkan dengan kapal. Pada akhir pembahasan juga mengkaji penggunaan alat tangkap Garit jika dilihat kesesuaian nya dengan peraturan perundangan. Hasilnya adalah alat tangkap Garit tidak melanggar UU nomor 45 tahun 2009 tentang Penggunaan Alat Tangkap Perikanan Tidak Ramah Lingkungan. &nbsp;</p> Rizqi Abdi Perdanawati Copyright (c) 2017 Marine Journal 2018-10-15 2018-10-15 3 1 27 32 VALUASI SUMBER DAYA KELAUTAN PADA RENCANA REKLAMASI UNTUK PENGEMBANGAN BANDARA JUANDA DI PESISIR PANTAI KABUPATEN SIDOARJO https://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/marine/article/view/40 <p>Kawasan Pesisir merupakan wilayah yang strategis, dimana &nbsp;tempat &nbsp;bertemunya &nbsp;berbagai&nbsp; kepentingan pembangunan baik pembangunan sektoral maupun regional serta mempunyai dimensi internasional. Kawasan pesisir pantai Sidoarjo tepatnya di pesisir timur pantai Sedati adalah suatu kawasan pesisir yang&nbsp; recananya akan dikembangkan sebagai lokasi perluasan bandara udara Internasional Juanda, yaitu dibangunnya &nbsp;Terminal &nbsp;tiga &nbsp;(T-3) &nbsp;dan &nbsp;dua &nbsp;landasan&nbsp; pacu melalui reklamasi pantai. Hal ini dilakukan karena bandara juanda sudah terjadi kelebihan kapasitas penumpang, dan juga peningkatan perekonomian Jawa Timur. Luas areal yang akan direklamasi sebesar 6.000 Ha, meliputi desa Segorotambak, Banjarkemuning dan Gisik Cemandi yang terletak pada satu wilayah&nbsp; administrasi, &nbsp;yaitu&nbsp; Kecamatan &nbsp;Sedati. &nbsp;Tujuan penelitian ini, menghitung nilai sumberdaya kelautan, yang terdampak reklamasi ditinjau dari nilai kawasan daerah tangkapan nelayan, nilai kawasan pertambakan dan ekosistem mangrove serta merumuskan strategi/ solusi pengelolaan sumberdaya kelautan pada rencana reklamasi untuk pengembangan bandara juanda di pesisir pantai sidoarjo berdasarkan konsep valuasi sumber daya alam. Valuasi ini dihitung berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada masyarakat terdampak dan data-data pendukung wilayah penelitian&nbsp; (TEV). &nbsp;Untuk&nbsp; valuasi &nbsp;ekonomi, &nbsp;manfaat &nbsp;ekonomi yang dihasilkan sebesar Rp 90.806.400.000,- Perhitungan ini belum termasuk &nbsp;nilai&nbsp; properti, &nbsp;karena &nbsp;dihitung &nbsp;berdasarkan potensi&nbsp; yang &nbsp;terdampak &nbsp;masyarakat &nbsp;secara&nbsp; langsung. Sedangkan kerugian/ biaya yang hilang dari rencana pelaksanaan reklamasi sebesar Rp 680.323.206.650,- Tingkat validasi dari perhitungan &nbsp;nilai ekonomi&nbsp; ini bergantung&nbsp; pada tingkat kepercayaan hasil survei. Pengelolaan wilayah pesisr pantai Sidoarjo dianalisis menggunakan metode/ tehnik analisis SWOT. Dari hasil penelitian, penulis tidak merekomendasikan kegiatan reklamasi dilakukan sekarang, karena belum memenuhi dua aspek, yaitu aspek manfaat sosial-ekonomi harus lebih besar daripada kerugian sosial ekonomi dan kegiatan reklamasi haruslah mendapatkan penerimaan dari masyarakat.</p> Dika Gunawan Siswantoro Widi A Pratikto Mahmud Mustain Copyright (c) 2017 Marine Journal 2018-10-15 2018-10-15 3 1 33 42